Pages

Wednesday, April 15, 2015

Mewaspadai Fitnah Penguasa di Akhir Zaman






Literatur Modernisasi Dalam Perspektif Islam
Mewaspadai Fitnah Penguasa di Akhir Zaman


Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Hai? Apa kabar? Semoga dalam keadaan sehat wal'afiat yahh.. :WA kali ini tidak akan memposting Artikel yang berhubungan dengan Posting dan Gambar Porno :) tetapi WA akan mencoba menshare tentang bahasan mengenai ARTIKEL AKHIR ZAMAN yang disunting dari berbagai sumber dan sumber utama.

Pada pembahasan yang lalu, waones articles telah menyinggung bahasan mengenai Menguak Misteri Fitnah Dajjal, dan bila anda ingin membaca artikel lainnya yang berhubungan dengan artikel Akhir Zaman, silahkan klik Open dibawah ini dan Klik pada Link judul artikel tersebut.

Selamat membaca !!!
-------------
Klik Open >>>



















=========================
--------------------
Edisi Akhir Zaman
-------------


Mewaspadai Fitnah Penguasa di Akhir Zaman 

 

si-basar-620x415

سَيَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ وَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ يَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ
Akan ada sepeninggalku nanti sejumlah pemimpin. Barangsiapa yang masuk menemui mereka, lalu dia membenarkan kedustaan mereka, dan membantu mereka dalam kezhaliman mereka maka dia bukan bagian dariku, aku juga bukan bagian darinya, dan dia tidak akan menemuiku di telaga Surga. Barangsiapa yang tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu mereka dalam kezhaliman mereka maka dia adalah bagian dari diriku, aku juga bagian darinya, dan dia akan datang menemuiku di telaga surga. (HR. At-Tirmidzi, kitab Al-Fitan, hadits no. 2360).

Dalam Islam, masalah imamah merupakan bagian yang teramat penting untuk terjaminnya kemaslahatan manusia. Karenanya Islam memberikan perhatian yang sangat serius agar ia tidak jatuh ke tangan orang yang salah. Saat nabi saw wafat, maka bukan perkara jenazah nabi saw yang menjadi perhatian terpenting, melainkan siapakah yang lebih berhak menjadi penggantibeliau. Baru setelah kaum muslimin sepakat atas terpilihnya Abu Bakar ra, mereka kembali merampungkan urusan jenazah nabi saw. Atas petunjuk pemimpin baru yang telah disepakati pula tempat penguburan nabi ditetapkan. Sehingga tidak ada perselisihan di antara mereka.

Saat nabi saw menyampaikan pesantentang munculnya model baru dalam kepemimpinan, barangkali tidak terbayang seperti apa yang akan terjadi pada manusia sepeninggal beliau saw. Para sahabat adalah manusia-manusia bersih yang diakui kejujuran dan ketulusannya dalam mengemban amanah. Mereka tidak memiliki ambisi duniawi atau mengejar kedudukan dan kekuasaan. Allah SubhanahuwaTa’ala telah memuji mereka di dalam kitab-Nya, juga telah meridhai mereka.

Dalam kondisi seperti itu, ternyata Rasulullah saw telah menubuwatkan akan berlangsungnya suatu zaman yang amat sangat kontras dengan apa yang disaksikan oleh para sahabat; para pemimpinnya adalah manusia-manusia jahat, bahkan lebih jahat dari kaum Majusi.

Hingga datangnya era khulafaurrasyidin, apa yang beliau nubuwatkan juga masih belum terbayang. Namun, nubuwat itu terus berlanjut dan diriwayatkan secara turun-temurun. Hingga akhirnya kita –sebagai manusia akhir zaman- mendengar dan menyaksikan kebenaran nubuwat tersebut. Sebagian kita menyimpulkan, boleh jadi inilah zaman yang telah dinubuwatkan, zaman yang para penguasanya berkata bukan berdasar landasan ilmu dan berbuat bukan berdasar landasan ilmu. Bagaimana bisa disebut berilmu jika mereka menolak hukum Allah dan Rasul-Nya sebagai sumber dari segala sumber ilmu. Bukankah hanya orang yang takut kepada Allah saja yang layak mendapat predikat berilmu (ulama)?.

Nampaknya, inilah zaman yang paling tepat untuk menggambarkan bagaimana para pemimpinnya menjadikan penjahat dan preman sebagai teman dekat. Menjadikan pembunuh berdarah dingin sebagai backing dan pada saat yang sama menjadikan para ulama sebagai objek buruan. Mereka juga melarang yang ma’ruf dan memerintah yang munkar; jilbab dilarang sementara minuman keras dilegalkan. Inilah masa yang kita diingatkan oleh Rasulullah saw untuk menjauhi mereka. Rasul saw bersabda,
”Benar-benar akan datang kepada kalian suatu zaman yang para penguasanya menjadikan orang-orang jahat sebagai orang-orang kepercayaan mereka dan mereka menunda-nunda pelaksanaan shalat dari awal waktunya. Barangsiapa mendapati masa mereka, janganlahsekali-kali ia menjadi seorang penasehat, polisi, penarik pajak, atau bendahara bagi mereka.” (HR. Ibnu Hibban, Silsilah al-Ahadits al-Shahihah no. 360.)
Dalam riwayat lain disebutkan, “Barang siapa menjadi penasehat mereka, pembantu mereka, dan pendukung mereka, berarti ia telah binasa dan membinasakan orang lain.”
 
Terjadi di era pemimpin yang menggigit atau penguasa diktator?
Banyak ulama yang menjelaskan bahwa kaum muslimin yang mengalami zaman fitnah itu hendaklah bersabar dan tetap mentaati para pemimpinnya selama bukan dalam kemaksiatan. Hal itu sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat Salamah bin Yazid Al-Ju‘fi, Rasulullah bersabda,
“Kalian dengarkan dan taati perintah para pemimpin itu. Mereka hanya bertanggungjawab atas dosa mereka dan kalian juga hanya bertanggungjawab atas dosa kalian.” (HR. Muslim, hadits no. 1846).

Muncul persoalan baru tentang status penguasa saat ini, apakah mereka yang dimaksud dengan hadits-hadits di atas ataukah riwayat tersebut mengacu pada masa kepemimpinan sebelumnya? Seperti yang termuat dalam riwayat Ahmad bahwa fase kaum muslimin akan berlangsung dalam lima periode; nubuwah, khilafah rasyidah, mulkan adhan, mulkan jabriyah dan terakhir khilafah rasyidah. Kita pasti sepakat bahwa saat ini kita hidup di era mulkan jabriyah, era penguasa diktator yang tidak lagi menjalankan syari’at Islam sebagai dasar hukum bernegara. Lebih tepatnya, para penguasanya menolak kalau negerinya disebut dengan negara Islam. Sementara para salaf yang berbicara tentang keharusan taat –dalam hal makruf- kepada penguasa dzalim, selalunya dalam kontek penguasa mulkan adhan, dimana mereka semua menjadikan syari’at Allah sebagai dasar hukum bernegaranya.

Ringkasnya, jika terhadap penguasa dzalim yang menjadikan syari’at Islam sebagai dasar negaranya kita diperintahkan untuk menjauhinya dan waspada akan bahaya fitnahnya. Lalu, bagaimana sikap seorang muslim terhadap penguasa diktator yang menolak syari’at Islam bahkan memeranginya?

https://granadamediatama.wordpress.com/arsip/mewaspadai-fitnah-penguasa-di-akhir-zaman/

----------------------------

Mewaspadai Fitnah Dajjal

Oleh : Ihsan Tandjung

Semenjak runtuhnya kekhalifahan terakhir, ummat Islam menjadi laksana anak-anak ayam kehilangan induk. Masing-masing negeri kaum muslimin mendirikan karakter kebangsaannya sendiri-sendiri seraya meninggalkan dan menanggalkan ikatan aqidah serta akhlak Islam sebagai identitas utama bangsa. Akhirnya tidak terelakkan bahwa ummat Islam yang jumlahnya di seantero dunia mencapai bilangan satu setengah miliar lebih, tidak memiliki kewibawaan karena mereka terpecah belah tidak bersatu sebagai suatu blok kekuataan yang tunggal dan mandiri. Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam sudah mensinyalir bahwa akan muncul babak keempat perjalanan ummat Islam, yakni kepemimpinan para Mulkan Jabriyyan (Raja-raja yang memaksakan kehendak). Inilah babak yang sedang dilalui ummat Islam dewasa ini.

Jangankan kaum muslimin memimpin dunia, bahkan mereka menjadi ummat yang diarahkan (baca: dieksploitasi) oleh ummat lainnya. Inilah babak paling kelam dalam sejarah Islam. Allah subhaanahu wa ta’aala gilir kepemimpinan dunia dari kaum mu’minin kepada kaum kafirin. Inilah zaman kita sekarang. We are living in the darkest ages of the Islamic history. Dunia menjadi morat-marit sarat fitnah. Nilai-nilai jahiliah modern mendominasi kehidupan. Para penguasa mengatur masyarakat bukan dengan bimbingan wahyu Ilahi, melainkan hawa nafsu pribadi dan kelompok. Pada babak inilah tegaknya Sistem Dajjal. Berbagai lini kehidupan ummat manusia diatur dengan Dajjalic values (nilai-nilai Dajjal). Segenap urusan dunia dikelola dengan nilai-nilai materialisme-liberalisme-sekularisme, baik politik, sosial, ekonomi, budaya, medis, pendidikan, hukum, pertahanan-keamanan, militer bahkan keagamaan. Masyarakat kian dijauhkan dari pola hidup berdasarkan manhaj Kenabian.

Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda mensinyalir bahwa tidak ada fitnah yang lebih dahsyat semenjak Allah ciptakan manusia pertama hingga datangnya hari Kiamat selain fitnah Dajjal.
“Allah tidak menurunkan ke muka bumi -sejak penciptaan Adam as hingga hari Kiamat- fitnah yang lebih dahsyat dari fitnah Dajjal.” (HR Thabrani 1672)

Ummat Islam yang menjalani babak keempat dewasa ini harus mempersiapkan diri mengantisipasi kemunculan fitnah paling dahsyat yaitu fitnah Dajjal. Hidup di babak keempat, yakni babak kepemimpinan para Mulkan Jabriyyan (para penguasa yang memaksakan kehendak), merupakan hidup yang penuh tantangan. Pada babak ini Allah memberikan giliran kepemimpinan ummat manusia kepada fihak kuffar. Allah menguji kesabaran kaum muslimin menghadapi kepemimpinan para penguasa yang memaksakan kehendak seraya mengabaikan kehendak Allah dan RasulNya. Sistem hidup yang mereka tawarkan merupakan sistem yang jauh dari nilai-nilai keimanan bahkan didominasi oleh nilai-nilai kekufuran.

Inilah zaman yang sarat dengan fitnah. Keterlibatan seorang muslim dalam aspek kehidupan modern manapun sangat berpotensi mendatangkan dosa bagi dirinya. Rangkaian fitnah yang sedemikian hebat akan berpuncak pada munculnya puncak fitnah yakni fitnah Dajjal. Barangsiapa yang sanggup menyelamatkan dirinya dari rangkaian fitnah sebelum munculnya fitnah Dajjal akan sangat berpeluang selamat pula pada saat munculnya fitnah Dajjal.

Demikianlah peringatan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam:
Suatu ketika ihwal Dajjal dibicarakan di hadapan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali dalam rangka menyongsong fitnah Dajjal.” (HR Ahmad V/389)

Demikian pula sebaliknya, barangsiapa ketika rangkaian fitnah di berbagai dimensi kehidupan sedang menggejala kemudian ia terjebak ke dalamnya, maka dikhawatirkan pada saat puncak fitnah muncul ia akan terjebak pula untuk menjadi pengikut bahkan hamba Dajjal. Wa na’udzubillahi min dzaalika.-

Banyak manusia dewasa ini yang tidak peduli akan puncak fitnah yang bakal datang di akhir zaman. Dajjal menjadi fenomena yang dianggap sekedar mitos. Bahkan banyak yang menganggap Dajjal tidak ada. Sehingga banyak manusia yang melupakannya dan tidak pernah peduli untuk membicarakannya. Ketika pengabaian ini terjadi di kalangan orang awam ia sudah menjadi suatu masalah. Namun realitasnya lebih jauh daripada itu. Bahkan kita menyaksikan dewasa ini para pemberi peringatan seperti para muballigh, penceramah, ustadz dan kebanyakan ulama tidak lagi peduli untuk memperingatkan ummat akan bahaya fitnah Dajjal. Padahal bilamana kedua gejala ini sudah tampak, maka Nabi shollallahu ’alaih wa sallam justru mengatakan bahwa pada saat seperti itulah Dajjal bakal keluar.

“Dajjal tidak akan muncul sehingga manusia melupakannya dan para Imam meninggalkan untuk mengingatnya di atas mimbar-mimbar.” (HR Ahmad 16073)

Nabi shollallahu ’alaih wa sallam bersabda bahwa pada saat kebanyakan orang awam melupakan perkara Dajjal dan para Imam tidak lagi memperingatkan ummat akan bahaya puncak fitnah Dajjal, maka ketika itulah justru Dajjal bakal keluar. Sedangkan realitas dunia kita dewasa ini sudah mengandung kedua fenomena tersebut. Artinya, sudah saatnya kita waspada mengantisipasi kemunculan Dajjal yang bila-bila masa dewasa ini akan keluar...! Dalam sebuah hadits riwayat Imam Ahmad Nabi Muhammad shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan ciri khas Dajjal kepada ummatnya yang belum pernah dijelaskan oleh para Nabi sebelumnya kepada ummatnya masing-masing.

Beliau menegaskan bahwa Dajjal itu bermata dua namun salah satunya cacat alias buta sehingga yang ada/berfungsi hanyalah satu mata saja.
"Dan sesungguhnya Dajjal itu bermata satu; sebelah matanya tidak nampak. Di antara kedua matanya tertulis "kafir" yg terbaca oleh setiap mu'min yg mengerti baca-tulis ataupun tidak." (HR Ahmad) Hadits di atas mengingatkan kita akan suatu simbol yang tertera pada lembar uang kertas satu dollar Amerika Serikat (one dollar bill). Di dalamnya kita lihat sebuah gambar yang disebut sebagai The Great Seal (Meterai Yang Agung). Gambar ini sarat makna dan isyarat. Kata-kata berbahasa Latin Novus Ordo Seclorum berarti the New World Order (Tatanan Dunia Baru).

Sedangkan di atas tulisan tersebut ada gambar primada yang tidak sempurna karena bagian pucuknya terpotong. Lalu di atas piramida itu ada sebuah segitga yang berukuran persis sesuai untuk diletakkan menjadi pucuk piramida. Di dalam segitiga tersebut terdapat gambar mata tunggal. Lalu di atas segitiga bermata tunggal itu ada tulisan Latin Annuit Coeptis yang berarti “the Eye of Providence has approved of (our) undertakings.” (si Mata Tunggal telah merestui usaha-usaha kami).

Jika kita tafsirkan gambar di atas, maka ia bisa bermakna bahwa dunia sedang diarahkan menjadi sebuah sistem yang berstruktur bak piramida yang belum memiliki pucuk. Struktur dunia yang belum mempunyai pemimpin tertinggi. Namun pemimpin tersebut sedang dinanti-nantikan kehadirannya. Dan struktur dunia yang dirancang menjadi the New World Order tersebut menantikan kedatangan pemimpinnya yang bersimbolkan si Mata Satu (Dajjal?). Seluruh upaya mewujdukan dan memapankan the New World Order merupakan rangkaian usaha untuk meraih keridhaan dan restu dari si Mata Satu alias Dajjal. Dengan kata lain Tatanan Dunia Baru ini adalah sebuah proyek persembahan kolosal untuk menyambut kedatangan puncak fitnah yaitu Dajjal...!

Segenap dimensi kehidupan modern dewasa ini adalah dalam rangka mewujudkan the New World Order (Tatanan Dunia Baru). Sebuah sistem yang tidak berlandaskan nilai-nilai keimanan bahkan dipengaruhi sangat oleh nilai-nilai kekufuran, nilai-nilai Dajjal. ”We are living in a Godless Civilization,” demikian ungkap Imron Hosein, mantan Imam Masjid PBB New York. Bahkan Ahmad Thompson, seorang penulis Muslim berkebangsaan Inggris jelas-jelas menyatakan bahwa dunia modern semenjak hampir satu abad yang lalu (sejak runtuhnya Khilafah Islamiyah terakhir) membentuk diriya menjadi sebuah Sistem Dajjal. Suatu sistem sarat Dajjalic Values dimana jika oknum Dajjal muncul pada masa sekarang ini, maka ia akan segera dinobatkan menjadi pimpinan Sistem Dajjal yang telah tersedia.

Inilah yang dikhawatirkan Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam. Bila rangkaian fitnah telah bermunculan menjelang datangnya Dajjal, maka manusia akan mengalami proses seleksi. Barangsiapa yang sanggup istiqomah menghindarkan diri dan keluarganya dari rangkaian fitnah tersebut, maka ia bakal sanggup terbebaskan dari puncak fitnah, yakni Dajjal. Dan sebaliknya, barangsiapa yang malah ikut serta menyemarakkan rangkaian fitnah sebelum datangnya Dajjal, niscaya ia akan sangat mudah menjadi sasaran tipudaya Dajjal. Barangsiapa yang tanpa jiwa kritis menerima bahkan mendukung the New World Order, maka ia termasuk mereka yang pada hakikatnya turut menanti-nanti dan menyambut dengan sukacita kedatangan pucuk pimpinan, yaitu Dajjal

Suatu ketika ihwal Dajjal dibicarakan di hadapan Rasulullah saw. Kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali dalam rangka menyongsong fitnah Dajjal.” (HR Ahmad V/389)

http://jalan-menuju-hidayah.blogspot.com/2009/07/mewaspadai-fitnah-dajjal.html
---------------------

Fitnah Akhir Zaman Seperti Malam Gelap Gulita


satu mata 490x326 Fitnah Akhir Zaman Seperti Malam Gelap Gulita

“SESUNGGUHNYA, menjelang terjadinya Kiamat ada fitnah-fitnah seperti sepotong malam yang gelap gulita, pada pagi hari seseorang dalam keadaan beriman, tetapi pada sore hari ia menjadi kafir, sebaliknya pada sore hari seseorang dalam keadaan beriman, namun di pagi hari ia dalam keadaan kafir. Orang yang duduk pada masa itu lebih baik daripada yang berdiri, orang yang berdiri lebih baik daripada yang berjalan, dan orang yang berjalan lebih baik daripada orang yang berjalan cepat. Maka, patahkan busur kalian, putus-putuslah tali kalian, dan pukullah pedang kalian dengan batu, jika salah seorang dari kalian kedatangan fitnah-fitnah ini, hendaklah ia bersikap seperti anak terbaik di antara dua anak Adam” (yakni bersikap seperti Habil, jangan seperti Qabil-pent). (HR. Abu Dawud (4259), Ibnu Majah (3961) AI-Fitan, Ahmad (19231), dan Hakim, dishahihkan oleh Al-Albani).

Dalam sebuah hadits disebutkan: “Ketahuilah, sesungguhnya fitnah itu dari sini, fitnah itu dari sini, dari arah terbitnya tanduk setan. (HR, Bukhari (3279) Bad’ul-Khalqi, Muslim Al-Fitan wa Asyrathu’s-Sa’ah.)
Fitnah secara bahasa bisa bermakna ujian, cobaan, bala’, bencana dan siksaan. Pada riwayat di atas Rasulullah memberikan peringatan kepada umatnya agar mewaspadai adanya satu fitnah yang bisa menggoncang keimanan mereka.

Penggambaran fitnah laksana potongan malam yang amat pekat itu menunjukkan betapa berat dan berbahayanya fitnah itu. Ini merupakan peringatan penting bagi setiap muslim, bahwa banyaknya fitnah yang menyebabkan seseorang murtad merupakan tanda dekatnya akhir zaman. Untuk skala lokal, barangkali yang paling nyata adalah fenomena kesulitan hidup, problem ekonomi, kemiskinan dan kesengsaraan yang menyebabkan seseorang dengan mudah menukar agamanya.

Kesulitan hidup karena faktor alam dan politik kotor manusia, seringkali menjerumuskan banyak orang dalam kekufuran. Godaan dunia bisa terjadi dalam bentuk harta, wanita dan kedudukan yang dikemas sedemikian menggiurkan bagi siapapun untuk mencicipinya. Sehingga siapapun yang tidak memiliki ketahanan iman, sangat mungkin merubah imannya dalam bilangan hari.

Adapun dalam skala luas – sebagaimana yang disebutkan dalam riwayat di atas (tentang munculnya fitnah dari timur), maka hal itu telah terbukti dengan realita yang ada. Kawasan timur yang meliputi Khurasan (terkhusus Iraq) merupakan pusat Fitnah. Dari Irak dan kawasan sekitarnya muncul berbagai sekte dan ideologi sesat. Kelompok Mu’tazilah, Khawarij, Syi’ah, Bathiniyyah, Qadariyyah, Jahmiyyah, Mazdakiyyah, Hindu, Budha, Qadiyaniyyah, Baha’iyyah, Ateisme, banyak muncul dari wilayah tersebut. Dan dari sekitar kawasan Timur itu pula kelak akan m uncul Dajjal serta Ya’ juj dan Ma’ juj.
Dalam sejarah para salaf juga membuktikan bahwa negeri kawasan timur (Iraq dan sekitarnya) merupakan ajang bermunculannya fitnah. Salah satu fitnah yang pemah diberitakan oleh Nabi adalah kemunculan Khawarij. 
 
 Rasulullah  bersabda:
“Akan muncul suatu kaum di akhir zaman, usia mereka muda-muda, pikiran mereka bodoh-bodoh, mereka mengucapkan sebaik-baik ucapan makhluk, tetapi keimanan mereka tidak melampaui tenggorokan, mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah yang keluar dari busur. Di mana pun kalian menjumpai mereka, bunuhlah mereka, karena pembunuhan mereka itu berpahala pada hari Kiamat bagi yang membunuh mereka. (HR. Bukhari (6930) Istabatul-Murtaddin dan Muslim (1066) Az-Zakat)
 
Mereka ini telah muncul sebagaimana yang dilukiskan dalam riwayat -riwayat tersebut dan diperangi oleh Ali ~ Demikian pula fitnah dalam bentuk peperangan antara kaum muslimin, sebagaimana yang terjadi antara sahabat Ali ~ dan Mu’ awiyah juga antara sahabat Ali dan lbunda A’isyah.
[Dari: 100 Hadits Tentang Nubuat Akhir Zaman/Abdur Rahman Al-Wasithi/Az-Zahra Mediatama/Hal. 15-17/akhir zaman]

http://perjuanganislami.blogspot.com/2013/12/fitnah-akhir-zaman-seperti-malam-gelap.html
-----------------

Memelihara Keluarga Beriman Difitnah Akhir Jaman

Dalam kesempatan ini saya akan menceritakan kembali ceramah dari Ust. Ihsan Tanjung pada hari Selasa, 9 Juli 2013. beliau juga merupakan pengelola web www.bolehjadikiamatsudahdekat.com. Mungkin apabila yang berniat mencari artikel2 yang berhubungan ada di web tersebut. Tema yang dibicarakan pada saat pengajian cukup bagus menurut saya yaitu Memelihara Keluarga Beriman di Fitnah Akhir Jaman.

Sebagai pembuka, dijelaskan oleh beliau, yaitu berdasarkan QS At Thur ayat 21, (QS 52:21) Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka.  Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya…

Dapat dilihat pada ayat diatas, bagi orang mukmin, yang akan menghubungkan mereka tidak hanya DNA, golongan darah dll, jauh lebih dari itu, satu-satunya yang menghubungkan antar keluarga adalah keimanan mereka.  Menurut ustadz Ihsan, keluarga beriman memiliki visi dan misi yang jauh ke depan, tidak hanya di visi misi dunia saja, akan tetapi juga mencakup akhirat. Untuk meraih visi misi itu, Keluarga Beriman harus memiliki program utama yaitu :
1. Memelihara keluarga kita dari api neraka. Hal ini berdasar pada QS 66:6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At Tahrim 66:6) Bagaimana caranya?? Umar bin Khottob berkata : saat turun ayat ini, bertanya kepada Rasul. Kami akan jaga diri kami, lalu bagaimana dengan keluarga kami ? Jawab Rasul : Kau larang mereka apa yang Allah telah larang dari-Nya, kamu perintah mereka dengan apa yang Allah telah perintah dari-Nya, jika itu kau lakukan, akan menyelamatkan mereka dari neraka.

Sebagai seoang suami yang merupakan pemmpin dalam keluarga, maka merupakan kewajiban kita untuk mencegah keluarga kta masuk ke neraka. karena ancaman kita sebagai pemimpin sangat luar biasa yaitu  “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: “Alangkah baiknya, andai kata kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah menaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”. (QS. Al-Ahzab : 66-68). Tentu kita tidak mau di akhirat di gugat oleh anak dan istri kita sendiri.
2. Totalitas dan saling mengingatkan di dalam kebaikan.

Suami mengingatkan istri dan anak, begitu juga sebaliknya. Yaitu berdasar QS At Taubah ayat 71-72 yaitu “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 9:71) Allah menjanjikan kepada orang-orang yang mu’min lelaki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, kekal mereka di dalamnya, dan (mendapat) tempat-tempat yang bagus di surga ‘Adn. Dan keridhaan Allah adalah lebih besar; Itu adalah keberuntungan yang besar. (QS. 9:72)”.

Struktur kepatuhan manusia beriman adalah jelas yaitu Allah dan Rasulnya. Ketaatan kepada Allah dan Rasulnya adalah mutlak dan tanpa bersyarat. Baru kemudian menaati ulil amri (pemimpin), dengan syarat jika pemimpin mengajak kepada jalan Allah. hal ini berdasar pada QS An-Nisa 59 : Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.” (QS. An-Nisa : 59)
3. Mencontoh keluarga-keluarga Muslim yang telah diceritakan oleh Al Qur’an mapun hadist misalnya yaitu : - Keluarga Ibrahim dan anaknya Ismail, Keluarga Musa, dan Ibu serta saudara perempuannya; Nabi Yusuf menghadapi saudara2nya; Keluarga Lukman Hakim; serta Keluarga Muhammad dengan Khadijah serta Siti Aisyah.

Dalam judul di atas, terdapat kata-kata di fitnah akhir jaman. Menurut Ustad Ihsan, kita saat ini sudah mulai berada di akhir jaman . Salah satu hadis yang dijadikan sandaran adalah Babak(1)kenabian akan berlangsung pada kalian dalam beberapa tahun, kemudian Allah mengangkatnya, setelah itu datang babak (2)Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian, selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, kemudian datang babak (3)Raja-raja yang Menggigit selama beberapa masa hingga Allah mengangkatnya, selanjutnya datang babak (4) Para penguasa  yang memaksakan kehendak (diktator) dalam beberapa masa hingga waktu yang ditentukan Allah, setelah itu akan terulang kembali  babak (5)Kekhalifahan mengikuti pola (Manhaj) Kenabian. Kemudian Rasul shollallahu ‘alahi wa sallam  terdiam.” (HR. Ahmad - Shahih) . serta banyaknya fitnah yang ada pada akhir jaman ini.

Beberapa Tips yang bisa dilakukan oleh Keluarga Muslim untuk membina keluarga yang beriman adalah :
1.  Memastikan kesatuan iman dan tauhid melalui pendidikan, cinta persaudaraan HANYA dikarekan Allah
2. Mewaspadai fitnah Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata; Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Enam tanda-tanda kiamat: (1) kematianku, (2) penaklukkan Baitul Maqdis, (3) kematian yang menyerang manusia laksana kematian kambing yang cepat, (4) muncul fitnah yang serangannya masuk ke rumah setiap orang muslim, (5) orang diberi seribu dinar kemudian ia marah, (6) Romawi berkhianat kemudian mereka pergi dalam delapanpuluh bendera, di bawah setiap bendera ada duabelasribu (pasukan).” (HR Ahmad - Shahih) . Beberapa ulama mengartikan fitnah ini adalah televisi dan acaranya. Karena saat ini TV dan acaranya sangat melenakan.
3. Pastikan kehalalan Nafkah, karena daging yang berasal dari harta haram hanya mengantar ke neraka.
4. Taqarrub, Bertaubat serta selalu berdoa kepada Allah. diantara doa yang ada di Al Quran adalah : QS Al Furqan 74  ” Dan orang-orang yang berkata, “Ya Rabb kami! Anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami) ia dapat dibaca secara jamak sehingga menjadi Dzurriyyaatinaa, dapat pula dibaca secara Mufrad, yakni Dzurriyyatinaa (sebagai penyenang hati kami) artinya kami melihat mereka selalu taat kepada-Mu (dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” serta Al Ahqaf ayat 15 yaitu Wahai Tuhanku, ilhamkanlah aku supaya tetap bersyukur akan nikmatMu yang engkau karuniakan kepadaku dan kepada ibu bapaku, dan supaya aku tetap mengerjakan amal salih yang Engkau ridhai dan jadikanlah sifat-sifat kebaikan meresap masuk ke dalam jiwa zuriat /keturunanku. Sesungguhnya aku bertaubat kepadamu, dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang Islam (yang tunduk patuh kepadamu).

Demikian, semoga kita terlindung dari Fitnah dan keluarga kita enjadi keluarga mukmin..Amin
Carpdiem, Buitenzorg 11-7-2013

http://sosbud.kompasiana.com/2013/07/11/memelihara-keluarga-beriman-di-fitnah-akhir-jaman-572762.html
-------------------------

Bagian 1 : Memiliki Iman & Tauhid yang Shiddiq dan Istiqomah

Secara garis besar kita bisa mengatakan bahwa ada dua macam solusi yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad shalallahu’alaihiwasallam untuk menyelamatkan ummat Islam dari fitnah Ad-Dajjal. Solusi pertama bersifat fundamental dan tidak boleh tidak mesti dimiliki oleh setiap muslim untuk menghadapi fitnah Ad-Dajjal. Bila solusi pertama ini absen, maka dia tidak akan sanggup menghadapi aneka tipu-daya Ad-Dajjal.

Solusi pertama adalah hadirnya iman-tauhid yang murni dan konsekuen di dalam diri si muslim. Bila solusi pertama ini tidak dimiliki seseorang niscaya dia akan gagal mendeteksi/membaca tulisan "kafir" yang tertera di antara kedua mata Ad-Dajjal. Bahkan boleh jadi orang tersebut justeru akan kagum dan beriman kepada Ad-Dajjal, menganggapnya sebagai Rabb..! Bila demikian keadaannya, berarti dia sudah menanggalkan iman-islamnya. Dia sudah terkena nawaaqidhul-iman (pembatal keimanan) alias murtad. Wa na’udzubillahi min dzaalika.
Adapan solusi kedua merupakan berbagai kiat, bisa berupa doa maupun aneka ’amal-perbuatan yang dianjurkan Nabi Muhammad shalallahu’alaihiwasallam sebagai penyempurna solusi pertama.

Memiliki Iman & Tauhid yang Shiddiq dan Istiqomah
Solusi pertama berdasarkan pesan Nabi Muhammad shalallahu’alaihiwasallam di dalam sebuah hadits berikut:
إِنْ يَخْرُجْ وَأَنَا فِيكُمْ فَأَنَا حَجِيجُهُ دُونَكُمْ وَإِنْ يَخْرُجْ وَلَسْتُ فِيكُمْ فَامْرُؤٌ حَجِيجُ نَفْسِهِ وَاللَّهُ خَلِيفَتِي عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam bersabda: “Jika dia (Ad-Dajjal) telah muncul di antara kalian sedang aku masih bersama kalian, maka cukuplah aku menjadi pembela (yang melindungi) kalian dari ancamannya, namun bila dia muncul sedang aku telah tiada, maka setiap individu menjadi pembela (yang melindungi) dirinya sendiri, dan Allah adalah Khalifah-ku atas setiap muslim.” (HR Muslim – Shahih)

Nabi shalallahu’alaihiwasallam menjamin keselamatan para sahabat dari fitnah Ad-Dajjal di masa Nabi shalallahu’alaihiwasallam masih hidup di tengah mereka. Nabi shalallahu’alaihiwasallam berjanji akan menjadi hajij (pembela) yang melindungi kaum muslimin dari ancaman Ad-Dajjal bila fitnah paling dahsyat itu keluar di masa Nabi shalallahu’alaihiwasallam masih hidup. Namun bagi umat Islam yang berhadapan dengan Ad-Dajjal sesudah wafatnya Nabi Muhammmad shalallahu’alaihiwasallam, maka Nabi shalallahu’alaihiwasallam memberikan arahan khusus. Nabi shalallahu’alaihiwasallam berpesan: “ … namun bila dia muncul sedang aku telah tiada, maka setiap individu menjadi pembela (yang melindungi) dirinya sendiri, dan Allah adalah Khalifah-ku atas setiap muslim.”

Arahan khusus Nabi shalallahu’alaihiwasallam adalah agar setiap individu muslim menjadi pembela atas dirinya sendiri dan Allah adalah Khalifah (Pengganti) Nabi shalallahu’alaihiwasallam atas setiap muslim. Berarti Nabi shalallahu’alaihiwasallam memerintahkan setiap muslim agar mengokohkan hubungan iman-tauhidnya dengan Pengganti Nabi shalallahu’alaihiwasallam yaitu Allah subhaanahu wa ta’aala. Kadar setiap individu muslim untuk dapat menjadi pembela atas dirinya sendiri sangat tergantung kepada seberapa kuat ikatan iman dan tauhidnya dengan Allah subhaanahu wa ta’aala.

Maka menjelang dan saat keluarnya Ad-Dajjal setiap muslim mesti memastikan bahwa iman dan tauhidnya bukan sebatas hadir di dalam dirinya, tetapi hadir dengan shiddiq (benar) dan istiqomah (konsisten). Jangan sampai seorang yang mengaku muslim di zaman itu menyangka bahwa sekedar malafalkan ucapan kalimat tauhid لا إِله إِلا اللـه sudah mencukupi untuk menghadapi berbagai fitnah sebelum dan pada saat keluarnya fitnah Ad-Dajjal. Oleh karenanya ketika Allah memerintahkan umat untuk ber-tauhid maka perintahnya diawali dengan kalimat agar mengetahui, memahami, meng-ilmui, mengkaji dan merenungkan makna dari kalimat tauhid لا إِله إِلا اللـه.
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ
Maka ketahuilah (ilmuilah, kajilah, renngkanlah), bahwa sesungguhnya tidak ada ilah (Yang Hak) selain daripada Allah.” (QS. Muhammad : 19)
Di dalam sebuah hadits Nabi Muhammad shalallahu’alaihiwasallam berkata:
مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang mati sedangkan ia telah mengetahui benar-benar bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah, maka ia dijamin masuk jannah”. (HR Muslim - Shahih)

Beriman dan bertauhid di dalam Islam bukanlah berarti sekedar melafalkan dua kalimat syahadat. Melalui hadits di atas, Nabi shalallahu’alaihiwasallam mensyaratkan bahwa seseorang hendaknya mengetahui, mengilmui, memahami bahwa substansi bertauhid adalah mengetahui benar-benar bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain Allah. Janganlah seseorang yang bersyahadat memperlakukan kalimat tauhid sebagai sebuah doktrin atau dogma yang dia terima tanpa memahami maknanya.

Dan termasuk memahami makna kalimat tauhid adalah sampai mengerti bahwa beriman di dalam Islam bukanlah suatu perkara yang bersifat statis.  Setiap muslim bisa saja mengalami iman yang pasang-surut, naik-turun bahkan bisa sampai batal. Oleh karena itu si muslim juga harus memiliki ilmu mengenai nawaaqidhul iman (pembatal-pembatal iman). Apalagi jika si muslim menyadari bahwa ancaman utama terhadap dirinya yang hidup di era fitnah akhir zaman ialah ancaman riddah (kemurtadan). Sebagaimana yang Nabi shalallahu’alaihiwasallam telah prediksikan di dalam hadits berikut:
بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا
"Segeralah beramal sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti malam yang gelap gulita. Di pagi hari seseorang masih dalam keadaan mukmin, lalu menjadi kafir di sore harinya. Di sore hari seseorang masih dalam keadaan mukmin, lalu menjadi kafir di pagi harinya. Dia (rela) menjual din-nya (agamanya) demi barang (mendapatkan) kenikmatan dunia." (HR Muslim – Shahih)

Konsekuensi lain dari mengikrarkan kalimat tauhid ialah keharusan untuk meng-kufuri thaghut di samping beriman kepada Allah. Artinya, tidak sah iman seseorang kecuali setelah menyatakan kekufurannya terhadap thaghut. Sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat berikut:
فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
 “Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS Al Baqarah 256)
Al-Urwatul Wutsqo (buhul tali yang kuat) maknanya adalah kalimat tauhid  لا إِله إِلا اللـه . Tafsir ayat di atas adalah Barangsiapa yang menyatakan beriman  kepada Allah tetapi tidak kufur terhadap segala yang diibadahi selain Allah (thaghut) berarti ia belum sepenuhnya berpegang teguh kepada Al-Urwatul Wutsqo dan pernyataan syahadatnya tidak bermanfaat baginya dan tidak mampu menyelamatkannya dari api neraka.
مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَكَفَرَ بِمَا يُعْبَدُ مِنْ دُونِ اللَّهِ حَرُمَ مَالُهُ وَدَمُهُ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ
Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam  bersabda: “Barangsiapa mengucapkan Laa ilaha illa Allah dan ingkar terhadap penghambaan kepada selain Allah, maka terpeliharalah hartanya, darahnya dan hisabnya terserah Allah.” (HR Muslim – Shahih)

Musuh utama da’wah tauhid para Nabi dan Rasul Allah ‘alaihimus-salaam adalah para thaghut di zaman dan wilayahnya masing-masing. Para thaghut itu berupa penguasa yang diajak untuk tunduk kepada aturan dan hukum Allah namun  mereka berlaku sombong sehingga mengingkari ajakan da’wah tauhid para utusan Allah.
Nabiyullah Nuh ‘alaihis salam berhadapan dengan thaghut berupa pemuka kaumnya. Nabi Ibrahim ‘alaihis salam berhadapan dengan thaghut berupa penguasa bernama Raja Namrud. Nabi Musa ‘alaihis salam berhadapan dengan thaghut fenomenal penguasa Mesir Fir’aun yang sampai berani mendeklarasikan dirinya sebagai Rabb, mirip seperti yang kelak akan dideklarasikan pula oleh Ad-Dajjal. Nabi Muhammad shalallahu’alaihiwasallam menghadapi thaghut berupa pemuka Quraisy seperti Abu Lahab dan Abu Jahal beserta kawan-kawannya.

Oleh karenanya, sebagai seorang muslim yang hidup di era penuh fitnah di akhir zaman menjelang keluarnya Ad-Dajjal, maka ber-tauhid dengan shiddiq dan istiqomah merupakan sebuah kewajiban. Dan keharusan menjadi muwahhid (ahli tauhid) yang shiddiq dan istiqomah harus dibentuk semenjak sebelum Ad-Dajjal keluar. Sebab Nabi Muhammad shalallahu’alaihiwasallam menjamin bahwa barangsiapa yang dapat selamat menghadapi rangkaian fitnah sebelum keluarnya fitnah Ad-Dajjal, maka ia akan selamat pula menghadapi fitnah Ad-Dajjal sesudahnya. Demikian pula sebaliknya, barangsiapa yang gagal menghadapi rangkaian fitnah sebelum Ad-Dajjal, niscaya dia akan gagal menghadapi fitnah Ad-Dajjal sesudahnya.
ذُكِرَ الدَّجَّالُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَأَنَا لَفِتْنَةُ بَعْضِكُمْ أَخْوَفُ عِنْدِي مِنْ فِتْنَةِ الدَّجَّالِ وَلَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِمَّا قَبْلَهَا إِلَّا نَجَا مِنْهَا وَمَا صُنِعَتْ فِتْنَةٌ مُنْذُ كَانَتْ الدُّنْيَا صَغِيرَةٌ وَلَا كَبِيرَةٌ إِلَّا لِفِتْنَةِ الدَّجَّالِ
Ad-Dajjal disebut-sebut di dekat Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam  lalu beliau bersabda: "Sungguh fitnah sebagian dari kalian lebih aku takutkan dari fitnahnya Ad-Dajjal. Dan tidak ada seseorang dapat selamat dari  rangkaian fitnah sebelum fitnah Ad-Dajjal melainkan pasti selamat pula darinya (fitnah Ad-Dajjal) setelahnya. Dan tidak ada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali untuk (menjemput) fitnah Ad-Dajjal." (HR Ahmad -  Shahih)

Di dalam hadits di atas Nabi shalallahu’alaihiwasallam mengatakan bahwa “Sungguh fitnah sebagian dari kalian lebih aku takutkan dari fitnahnya Ad-Dajjal”. Apakah fitnah yang lebih ditakutkan oleh Nabi shalallahu’alaihiwasallam melebihi fitnah Ad-Dajjal? Padahal jelas-jelas Nabi shalallahu’alaihiwasallam menyebut fitnah Ad-Dajjal sebagai fitnah yang paling dahsyat.
Hal ini pernah ditanyakan oleh seorang sahabat yaitu Abu Dzarr Al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu.
لَغَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُنِي عَلَى أُمَّتِي قَالَهَا ثَلَاثًا قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا هَذَا الَّذِي غَيْرُ الدَّجَّالِ أَخْوَفُكَ عَلَى أُمَّتِكَ قَالَ أَئِمَّةً مُضِلِّينَ
Abu Dzar berkata, "Aku berjalan bersama Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam, kemudian beliau bersabda: "Selain Ad-Dajjal, ada yang lebih aku takuti atas ummatku," Nabi shalallahu’alaihiwasallam mengucapkannya tiga kali, maka aku (Abu Dzar) bertanya, "Wahai Rasulullah, yang engkau takuti atas umatmu selain Ad-Dajjal itu apa?” Nabi shalallahu’alaihiwasallam menjawab: "Para a’immah mudhilliin (para pemimpin yang menyesatkan)." (HR Ahmad – Shahih)

Pantas bilamana Allah sampai menggambarkan di dalam Kitab-Nya penyesalan yang begitu mendalam pada suatu kaum yang sewaktu di dunia begitu saja menyerahkan wala’ (loyalitas) dan tho’ah (kepatuhan) kepada para pemimpin dan pembesar yang menyesatkan mereka. Para pemimpin dan pembesar yang tidak mengajak kepada mentaati Allah dan Rasul-Nya.
يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولا وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلا رَبَّنَا آتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا
“Pada hari ketika muka mereka (ahli neraka) dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andai kata (di dunia) kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".(QS. Al-Ahzab: 66-68)

Sungguh di era fitnah akhir zaman menjelang keluarnya Ad-Dajjal dunia dipenuhi oleh para pemimpin menyesatkan yang seolah menjadi mukaddimah sebelum keluarnya puncak pemimpin yang paling menyesatkan ummat manusia, yaitu Ad-Dajjal. Mereka akan memimpin tanpa petunjuk Allah. Mereka mencampakkan Kitabullah dan As-Sunnah An-Nabawiyyah. Mereka memimpin dengan petunjuk syetan. Merekalah para thaghut. Umat yang mematuhi mereka akan celaka. Sedangkan umat yang mengingkari mereka bakal selamat. Demikian pesan Nabi Muhammad shalallahu’alaihiwasallam.

سَتَكُونُ أُمَرَاءُ فَتَعْرِفُونَ وَتُنْكِرُونَ فَمَنْ عَرَفَ بَرِئَ وَمَنْ أَنْكَرَ سَلِمَ وَلَكِنْ مَنْ رَضِيَ وَتَابَعَ

Rasulullah shalallahu’alaihiwasallam bersabda: “Akan muncul pemimpin-pemimpin yang kalian kenal, tetapi kalian tidak menyetujuinya. Orang yang membencinya akan terbebaskan (dari tanggungan dosa). Orang yang tidak menyetujuinya akan selamat. Orang yang rela dan mematuhinya tidak terbebaskan (dari tanggungan dosa).” (HR Muslim  - Shahih)
Bagaimana mereka tidak disebut para pemimpin menyesatkan sedangkan mereka tidak memimpin kaumnya dengan petunjuk dan wahyu dari Allah? Mereka pada hakekatnya tidak mengikuti petunjuk sehingga umat yang mereka pimpinpun menjadi tidak mengikuti petunjuk. Mereka adalah pemimpin yang menyesatkan, sehingga umatpun menjadi sesat. Celakanya umat baru akan sadar ketika segala sesuatunya sudah terlambat. Sehingga yang ada hanyalah penyesalan yang tiada berguna. Wa na’udzubillahi min dzaalika…
وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ
"Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah (rakyat kebanyakan) kepada orang-orang yang sombong (penguasa kebanyakan): "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri". (QS Ibrahim 21)

Berarti Nabi Muhammad shalallahu’alaihiwasallam memperingatkan ummat ini agar mewaspadai para pemimpin menyesatkan yang merupakan fitnah yang lebih Nabi shalallahu’alaihiwasallam takuti menimpa ummatnya dari fitnah Ad-Dajjal. Dan fitnah tersebut akan datang sebelum atau menjelang keluarnya fitnah Ad-Dajjal.

Artinya, jika seseorang sudah gagal menghadapi fitnah a’immah mudhilliin (para pemimpin yang menyesatkan), bagaimana lagi dia akan selamat menghadapi fitnah Ad-Dajjal yang merupakan pemimpin (thaghut) yang paling dahsyat dalam menyesatkan manusia?
Wallahu'alambish-showwaab.

-------------
Kiat-Kiat ‘Amaliyyah Dari Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada artikel sebelumnya, selain memastikan hadirnya iman-tauhid yang shiddiq dan istiqomah agar selamat menghadapi fitnah Ad-Dajjal, Nabi صلى الله عليه و سلم juga mengarahkan ummat dengan kiat-kiat yang bersifat ‘amaliyyah (aplikatif).
1.    Membaca Doa Di Akhir Sholat
Di akhir sholat hendaknya membaca doa memohon perlindungan Allah dari empat perkara yang salah satunya adalah dari keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal. Doa ini dibaca ketika duduk tasyahud atau tahiyyat akhir menjelang salam ke kanan dan ke kiri menutup sholat.
إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
Dari Abu Hurairah, dia berkata; "Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: " Jika salah seorang di antara kalian bertasyahud, hendaklah meminta perlindungan kepada Allah dari empat perkara dan berdoa "ALLAHUMMA INNI A'UUDZUBIKA MIN 'ADZAABI JAHANNAMA WAMIN 'ADZAABIL QABRI WAMIN FITNATIL MAHYAA WAL MAMAAT WAMIN SYARRI FITNATIL MASIIHID DAJJAL (Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari (1) siksa jahannam dan (2) siksa kubur, dan (3) fitnah kehidupan dan kematian, serta (4) keburukan fitnah Al-Masih Ad-Dajjal)." (HR Muslim – Shahih)
2.    Menjauhi Ad-Dajjal
Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم mengarahkan ummat agar menjauhi Ad-Dajjal ketika fitnah paling dahsyat itu sudah keluar di tengah umat manusia.
Bila fitnah Ad-Dajjal sudah keluar dan sedang melanglang buana menebar aneka tipudayanya, maka hendaknya seorang mukmin tidak memelihara rasa ingin tahunya  sehingga penasaran untuk mendekati Ad-Dajjal.  Sebab Nabi صلى الله عليه و سلم mengkhawatirkan adanya seorang laki-laki yang benar-benar mendatangi Ad-Dajjal dan menyangka bahwa Ad-Dajjal adalah seorang yang baik, bahkan seorang mukmin, sehingga laki-laki itu mengikuti apa saja tipudaya yang ditampilkan Ad-Dajjal.
مَنْ سَمِعَ بِالدَّجَّالِ فَلْيَنْأَ عَنْهُ فَوَاللَّهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَأْتِيهِ وَهُوَ يَحْسِبُ أَنَّهُ مُؤْمِنٌ فَيَتَّبِعُهُ مِمَّا يَبْعَثُ بِهِ مِنْ الشُّبُهَاتِ أَوْ لِمَا يَبْعَثُ بِهِ مِنْ الشُّبُهَاتِ
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: "Siapa yang mendengar (kedatangan) Dajjal hendaklah menjauhinya. Demi Allah, seorang laki-laki benar-benar akan mendatangi Ad-Dajjal dan mengira bahwa dia (Ad-Dajjal) adalah seorang mukmin, lalu ia akan mengikuti setiap syubhat yang ditebarkannya." (HR Abu Dawud – Shahih)
Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم sampai menjelaskan bahwa di zaman Ad-Dajjal muncul kebanyakan dari pengikutnya adalah kaum wanita, sehingga seorang pria mengikat semua kaum wanita dari lingkungan keluarganya agar jangan sampai keluar sehingga menjadi pengikut Ad-Dajjal.
يَنْزِلُ الدَّجَّالُ فِي هَذِهِ السَّبَخَةِ بِمَرِّقَنَاةَ فَيَكُونُ أَكْثَرَ مَنْ يَخْرُجُ إِلَيْهِ النِّسَاءُ حَتَّى إِنَّ الرَّجُلَ لَيَرْجِعُ إِلَى حَمِيمِهِ وَإِلَى أُمِّهِ وَابْنَتِهِ وَأُخْتِهِ وَعَمَّتِهِ فَيُوثِقُهَا رِبَاطًا مَخَافَةَ أَنْ تَخْرُجَ إِلَيْهِ
Dari Ibnu Umar ia berkata, "Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: "Ad-Dajjal tinggal di tanah berair di Marriqonaah, maka kebanyakan pengikutnya itu dari kalangan kaum wanita, sehingga seorang pria pulang untuk  menemui isterinya, ibunya, anak perempuannya, saudara perempuannya dan bibinya. Kemudian dia  mengikat mereka kuat-kuat karena khawatir kalau-kalau wanita-wanita tersebut pergi mengikuti Ad-Dajjal.” (HR Ahmad – Hasan)
3.    Menghafal Sepuluh Ayat Awal Surah Al-Kahfi
Termasuk solusi lain yang diajarkan Rasulullah صلى الله عليه و سلم agar ummat selamat menghadapi fitnah Ad-Dajjal ialah menghafalkan sepuluh ayat permulaan surah Al-Kahfi.
مَنْ حَفِظَ عشر آيَات من أول سُورَة الْكَهْف عصم من فتْنَة الدَّجَّال
Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda: "Barangsiapa menghafal sepuluh ayat awal dari surat Al-Kahfi, maka ia akan dijaga dari fitnah Ad-Dajjal." (HR Muslim – Shahih)
Apa hikmah di balik menghafalkan kesepuluh ayat tersebut? Wallahu a’lam. Yang jelas, kalau kita tadabbur (pelajari) surah Al-Kahfi dan khususnya kisah para pemuda Kahfi penghuni gua, maka kita dapati bahwa kondisi masyarakat yang mereka hadapi memiliki kemiripan dengan kondisi masyarakat menjelang dan saat keluarnya fitnah Ad-Dajjal. Yaitu hadirnya pemimpin yang menyesatkan umat manusia dan rakyat kebanyakan yang rela mematuhinya. Para pemimpin tersebut telah dipatuhi kaumnya sedemikian rupa sehingga menempati posisi sebagai ilah-ilah selain Allah yang diagungkan bahkan disembah. Sehingga Allah mengabadikan ucapan sekaligus sikap para pemuda Kahfi terhadap kaum yang mereka hidup bersamanya:
هَؤُلاءِ قَوْمُنَا اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ آلِهَةً لَوْلا يَأْتُونَ عَلَيْهِمْ بِسُلْطَانٍ بَيِّنٍ فَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia (Allah) sebagai ilah-ilah (untuk di sembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka?) Siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah?” (QS. Al-Kahfi: 15)
Dalam kondisi kemusyrikan yang merebak, maka Allah perintahkan para pemuda Kahfi melakukan uzlah (mengasingkan diri) dari kesyirikan kaumnya dengan masuk ke gua yang dirahmati Allah agar iman-tauhid mereka terpelihara bahkan bertambah. Perintah Allah tersebut diikuti do’a para pemuda Kahfi yang berbunyi:
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا
(Ingatlah) tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa: "Wahai Rabb kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)". (QS Al-Kahfi 10)
4.    Tinggal Di Mekkah Atau Madinah
Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم menjelaskan bahwa jika fitnah Ad-Dajjal keluar, maka  dia akan masuk ke semua negeri untuk menyebar tipudayanya kecuali memasuki dua kota suci yaitu Mekkah dan Madinah. Para malaikat menjaga dan melindungi kedua kota itu dari masuknya Ad-Dajjal.
لَيْسَ مِنْ بَلَدٍ إِلَّا سَيَطَؤُهُ الدَّجَّالُ إِلَّا مَكَّةَ وَالْمَدِينَةَ لَيْسَ لَهُ مِنْ نِقَابِهَا نَقْبٌ إِلَّا عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ صَافِّينَ يَحْرُسُونَهَا
Nabi صلى الله عليه و سلم bersabda: "Tidak ada suatu negeripun yang tidak akan dimasuki Ad-Dajjal kecuali Mekkah dan Madinah, karena tidak ada satu pintu masukpun dari pintu-pintu gerbangnya (kota Mekkah dan Madinah) kecuali ada para malaikat yang berbaris menjaganya.” (HR Bukhari – Shahih)
Berarti di antara solusi ummat agar selamat menghadapi fitnah Ad-Dajjal adalah dengan menetap di Mekkah atau Madinah. Dua kota ini merupakan tempat paling terlindungi dari interfensi fitnah Ad-Dajjal.
Namun demikian, bukan soal menetap di Mekkah atau Madinah yang paling penting. Tetap perlu diingat bahwa kuatnya iman-tauhid seorang muslim-lah yang paling menjamin terlindunginya dia dari fitnah Ad-Dajjal.
Sebab Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم juga memperingatkan bahwa Ad-Dajjal ketika gagal memasuki kota Madinah dia (Ad-Dajjal) akan melakukan upaya menarik penduduk Madinah keluar untuk memenuhi panggilannya. Dan ternyata akan ada juga yang mau keluar meninggalkan Madinah demi memenuhi rayuan Ad-Dajjal. Mereka itulah kaum munafik dan kaum fasik dari penduduk Madinah. Itulah hari yang dijuluki Nabi صلى الله عليه و سلم sebagai yaumul-kholash (hari pemurnian) kota Madinah.
يوم الخلاص وما يوم الخلاص؟ يوم الخلاص وما يوم الخلاص؟ يوم خلاص وما يوم الخلاص؟ فقيل له وما يوم الخلاص؟ قال يجيء الدجال فيصعد أحدا فينظر المدينة فيقول لأصحابه: أترون هذا القصر الأبيض؟ هذا مسجد أحمد. ثم يأتي المدينة فيجد بكل نقب منها ملكا مصلتا فيأتي سبخة الجرف فيضرب رواقه ثم ترجف المدينة ثلاث رجفات فلا يبقى منافق ولا منافقة ولا فاسق ولا فاسقة إلا خرج إليه فذلك يوم الخلاص
“Hari pemurnian, apa itu hari pemurnian?” Dan ucapan seperti itu diulangi tiga kali oleh Rasulullah صلى الله عليه و سلم. Lalu ditanyakan kepada Nabi صلى الله عليه و سلم: “Apakah hari pemurnian itu?” Maka Nabi صلى الله عليه و سلم pun bersabda: “Ad-Dajjal akan muncul kemudian mendaki ke gunung Uhud. Dari situ dia menyaksikan kota Madinah. Lalu berkata kepada para pengikutnya: ‘Tidakkah kalian melihat istana putih itu?’ Itu masjid Ahmad (Muhammad/ masjid Nabawy). Kemudian Ad-Dajjal mendatangi Madinah, namun mendapati di setiap jalan menuju kota ada malaikat penjaga yang menghunuskan pedangnya. Kemudian Ad-Dajjal mendatangi Sabkhah Al-Juruf (tanah tandus di lereng bukit), kemudian ia memukul serambi depannya. Kemudian kota Madinah bergetar tiga kali. Dengan itu tiada seorang munafik, baik laki-laki maupun perempuan, dan tiada seorang fasik, baik laki-laki maupun perempuan, melainkan akan keluar kota (Madinah) untuk menemuinya (Ad-Dajjal) dan itulah yang disebut Yaumul Kholash (hari pemurnian).” (HR Ahmad, Al-Hakim – Shahih)

Wallahu’alambishowaab.

“Allah tidak menurunkan ke muka bumi (sejak penciptaan Adam as
hingga hari Kiamat) fitnah yg lebih dahsyat dari fitnah Dajjal.”
(HR Thabrani)

---------------
--------------

Dengan adanya keimanan yang tertanam dalam hati, manusia akan mengakui kekurangan dan kelemahan dirinya dihadapan Allah sehingga tidak sempat menyombongkan diri. Bahkan manusia akan selalu merendahkan diri, memohon petunjuk dan menerima kritik dari orang lain.

 Sehingga bersihlah jiwanya baik dalam berperilaku maupun dalam beramal zariyah yang pada akhirnya makin meningkatlah rasa taqwanya pada Allah.

 
Sumber Artikel  (wisatapedia.web.id)
Sumber Gambar (dari berbagai sumber)




---------------

Sumber asli ;
https://granadamediatama.wordpress.com/poster/penciptaan-alam-semesta-dalam-al-quran-dan-sains/ 


http://waones-sbm.blogspot.com/2015/03/pemikiran-dan-pandangan-modern-dalam.html


Bila anda akan meng-copy atau memperbanyak bahasan artikel ini, seyogyanya anda tetap mencantumkan sumber pada Sumber asli dan bahan tulisan di atas.


Demikian artikel tentang Mewaspadai Fitnah Penguasa di Akhir Zaman
Semoga bisa menjadi hiburan dan terutama menambah wawasan anda ...

Kembali ke Halaman Utama >>>>
Pemikiran dan Pandangan Modern Dalam ARTIKEL AKHIR ZAMAN


I Hope you like the post. Stay connected for more...


Edit; wawansurya
Sumber utama bahasan;
http://wawansurya.de.vu
http://wawansurya.tk
http://wawansurya.infos.st
http://wwbisnis.blogspot.com
www.affiliate-waones.com
http://waones-sbm.blogspot.com
http://mitra-sbm.blogspot.com

Terima kasih sudah Mau Berkunjung Keblog Ini .. bila ada yang tidak berkenan .... Comment aja ... yah!!!

merchant 
Search Engine

No comments:

Post a Comment